Au Revoir

impian-musim-semi

 

 

 

 

 

 

 

Aku sempat melihat senyum terakhirnya, sebelum ia lesap bersama tetes embun yang menguap. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada hujan, langit kelabu, daun-daun basah, dan hati yang remuk oleh perpisahan.

Ia perempuan impian musim semi, mengejar mimpi-mimpinya hingga ke ujung cakrawala. Di atas pelangi ia menari, di antara kuntum bunga ia bercengkrama, di bawah bintang jatuh ia meriuh. Aku, pengagum terbesarnya. Bagiku, ia adalah hujan rintik yang membasahkan hati tanpa suara.

Ia bercerita tentang lelaki pemanah mimpi yang pernah ia temui. Lelaki itu tak punya apa-apa selain mimpi-mimpi, bertempur habis-habisan demi menggenggam semua mimpinya. Dalam balutan cahaya berpendar-pendar, lelaki pemanah mimpi selalu mampu menenangkan semak hati si perempuan impian musim semi.

Hampir setiap malam lelaki itu mengajaknya mengumpulkan serbuk bintang dan menuntunnya meminang rembulan. Lelaki itu menunjukkan betapa maha-luasnya kemungkinan dan mengajarkan betapa berartinya harapan. Baginya, lelaki itu mentari. Ia, pengagum terbesarnya.

Tak ada keindahan yang abadi bersama ruang dan waktu. Lelaki pemanah mimpi mendadak berlalu.

Namun tak setespun air mata menetes dari bulatan mata hijau zamrud perempuan impian musim semi. Ia membiarkan semua rasa dan kenangan terbang bersama aroma esok hari. Ia tak pernah menangisinya. Sekalipun. She’ll never cry.

Hingga dua hari yang lalu, pada batas antara malam dan pagi, si perempuan impian musim semi mengetuk jendela bilikku.

 “Aku telah menemukannya.. “, ujarnya setengah terisak, “.. si lelaki pemanah mimpi itu!”. Butir-butir berkilat menggenangi ujung mata indahnya.

Seketika hatiku merenyek mendengarnya. Aku tak pernah menyangka ia masih memikirkan lelaki itu. Selama ini aku mengira telah mengetahui semua hal tentangnya: kecintaannya terhadap rinai hujan dan bau tanah basah, betapa ia senang mengayuh sepeda di antara padang ilalang, nada yang keliru saat ia menyanyikan lagu tentang mengejar pelangi, dan lahapnya ia memakan kudapan bulat-lembut berisi daging saat disajikan dengan secangkir susu hangat.

Setelah si lelaki pemanah mimpi meninggalkannya, tak secuilpun kisah mengenai lelaki itu ia ceritakan padaku. Ia telah melupakannya. Hanya menggenggam erat mimpi dan harapan yang pernah diajarkan, tanpa pernah menengok ke belakang.

“Dia berada di negeri ksatria berkuda putih, menuntut ilmu. Dan aku akan pergi menemuinya. Dia adalah mentariku, kau tahu itu..“

Dadaku mendadak bergemuruh resah. Lidahku kelu. Sejuta kata hilang begitu saja saat aku menelan ludah.Dan kau adalah hujan gerimisku, hatiku berbisik.

“Akhirnya, aku menemukannya.. Aku menemukannya!”, si perempuan impian musim semi tak kuasa menahan tangis, “Aku akan pergi menemuinya. Aku akan berangkat ke barat sebelum matahari terbit”.

“…”. Setengah mati aku ingin menahan kepergiannya. Namun aku tahu pasti, perempuan ini tak bisa dilawan jika sudah beringin. Percuma saja.

Aku menyeka air matanya dengan lembut. “Perjalanan tidaklah mudah, apa yang akan kau bawa?”.

„Sekoper harapan..“

***

Malam itu, tak ada rembulan dan bintang-bintang. Hanya hujan, langit kelabu, daun-daun basah, dan seuntai kata selamat tinggal.

Au revoir.

 

:: Ditulis sebagai bentuk ucapan “jangan berhenti” kepada seorang sahabat.

20 Tanggapan to “Au Revoir”


  1. 1 eva Desember 30, 2008 pukul 5:37 am

    nice!

    bacaan pagi hari yang begitu pas dilesap bersama tetesan embun dan secangkir kopi, hangat..

    dengan bonus, sosok dalam cerita yang sepertinya begitu lekat 🙂

    salam kenal, pak!

  2. 2 dyra Desember 30, 2008 pukul 2:08 pm

    setuju ma jeng eva, beneran sampe ke hati deh pak 🙂

    btw, kalo ga salah orang ya saya, beliau kan ga berenti toh, pindah tempat doank. tapi kalo nda salah udah nulis lagi kok.
    *sotoy*

    semoga ga berenti dan semoga saya ga salah orang, hehehe

  3. 3 kopisusu Desember 30, 2008 pukul 4:30 pm

    Apa yang kau bawa?

    Sekoper harapan ..

    *sigh*

  4. 4 venus Desember 30, 2008 pukul 11:23 pm

    huaaaaaa…..pengen nangis bacanya. bagus banget…

  5. 5 Cumi cumi Desember 31, 2008 pukul 12:13 am

    Seperti biasa.. cumi-cumi bukan tipe pembaca/penulis yang seperti ini.. (maksudnya yang tingkat bahasanya tinggi begini..)
    Tapi sepertinya cerita sedih yah (ya iya laaaaaahhh…)

    Walaupun beda cerita.. tapi mungkin sedihnya sama dengan yang dikisahkan oleh Sheila on 7 dalam lagu “Betapa”?

    Tapi tulisan sampean bagus paklik! kapan mau ajari saya? hehehe

  6. 6 chang'e Desember 31, 2008 pukul 8:29 pm

    Perempuan impian musim semi itu pasti merasa bahagia, ada seorang sahabat yang telah bersusah-susah menuliskan satu musim dalam hidupnya seindah ini.

    Dan saya percaya, setelah membaca kisah ini, ia tidak akan berhenti begitu saja (:

    p.s. Ini tulisan paling indah yang pernah saya baca sepanjang tahun ini.

  7. 7 masjogja Januari 1, 2009 pukul 1:09 am

    Don’t ever stop, until we’re gray and old.. and after that.. and after that.. and after that..

  8. 8 sazka Januari 3, 2009 pukul 1:56 am

    bhs perancis ya? baca: au revoa..

    habis cuma ini bhs prancis yg aku tauu.. 😀

  9. 9 Rocky Januari 4, 2009 pukul 12:32 am

    termehek-mehek ni,,hehhe

  10. 10 Ria Januari 4, 2009 pukul 7:02 pm

    jalan-jalan dari tempat chang’e.. nyasar ke sini..
    wah.. mungkin tulisan ini yang membuat ia kembali lagi…. tulisannya sama bagusnya dengan rumah sebelah itu.. 🙂
    sepertinya saya juga akan sering mampir kesini.. salam kenal mas..

  11. 11 nadya Januari 5, 2009 pukul 11:20 am

    wah wah … agung ini ditunggu2 tulisannya eh lama nian, tapi begitu nulis eh so swiiiiittt tenan 😀 sibuk ngapain e gung?

    btw kamu dah tau belum si nurul udah nikah pertengahan november kmaren? dia nglamar jadi guru agama di sdmcc lhoch, tapi blum tau ketrima enggaknya.

  12. 12 masjogja Januari 5, 2009 pukul 11:54 pm

    Ria:
    Wah, bbrp waktu lalu saya juga sempet mampir rumah njenengan. Terkesan dgn semangat (dan foto2nya). Tapi maaf belum sempet ninggalin komen.
    Chang’e udah kembali sblm tulisan ini selesai dibuat kok, Mbak. Serbuk bintang, kabut, dan tanah basahlah yang memanggilnya kembali..

    Salam kenal yaa 🙂

    nadya:
    iya nad, kmrn blog-nya sempet terlantar karena sibuk nguli di pabrik. Duty calls. Halah..
    Oyaa? Nurul Istiqomah kan, Nad? waaaaahh..
    padahal yaktu itu yang punya cita2 mulia pingin jadi guru agama di sdmcc itu Erizal 😀
    uhmm, kalo Arsyad skrg di mana ya, Nad? 😉

    p.s. nanti nama blog ini diganti jadi panditanegara.gossip.com ya? haha..

  13. 13 yoe Januari 6, 2009 pukul 7:18 am

    aku belum baca tulisan ini, tapi, nampak dengan pemilihan gambar manis sebagai pembuka nya, saya menebak kalau tulisan ini akan cantik… hoho… skrg saya mau baca tulisan calon penganten ini.. hehehe.. ;D

    salam!

  14. 14 teja Januari 6, 2009 pukul 6:44 pm

    sweet.. gak kayak yang nulis.. hahaha!

    *kabur*

  15. 15 nadya Januari 12, 2009 pukul 8:40 am

    hwaaaa, kamu masih inget semua ya gung? kalo inget erizal aku jadi inget titi sari dewi hehehe 😛 (sori nih oot) en, ups, kau menyebut nama-“nya”! psstt, diem2 aku nemu blognya di sini: http://fajri.web.ugm.ac.id/ tapi ga pernah diapdet, jadi ga tau kabarnya, n ga berminat tau juga 😉 btw emangnya dulu aku kejam banget po sama dia? (maklum anak sd :-P)

    sukses yah gung sbg pengkhayal profesional 😀

  16. 16 diah Februari 4, 2009 pukul 9:37 am

    manis sekali… terharu bacanya..

    aku juga pengagumnya 🙂
    dia nggak akan berhenti. hanya berpindah ke halaman yang lain. dan aku akan menemukannya di manapun dia berada (kok kesannya jadi serem ya, hihi..)

  17. 17 dinagembul Februari 17, 2009 pukul 7:14 am

    someone said that u’re the best writer. ternyata dia salah. u’re the best of briliant writer… 🙂

  18. 18 Vivilicious Maret 30, 2009 pukul 10:28 pm

    ampun….
    mulutku lagi dan lagi…..
    mengangaaaaa!

    ^o^

  19. 19 dimas mukhlas April 14, 2009 pukul 1:58 am

    comment ca va?
    vouz vouz appellez comment?

    eh.. au rivoa?

    you should introduce him/her first to us bro!!

    eniwei.. tulisan lu oke!!


Tinggalkan Balasan ke sazka Batalkan balasan




Komentar Terbaru