Aku. Kamu.

Sekarang, apalagi yang coba kamu buktikan? Aku dan kamu adalah entitas yang sama sekali berbeda. Aku dan kamu, menghasilkan silogisme tak sempurna. Kita adalah paradoks.

Tunggu, “kita”? Tidak, tidak…

“Kita” adalah gagasan yang rumit. Mungkin aku dan kamu pernah satu, tapi tak lantas menjadi “kita”.

Aku. Kamu. Lumpuh. Redup. Lalu mati. Cuma tinggal gelap yang menyekap.

***

“Rebahkan tangkupmu, lepaskan perlahan..” – 507

aurevoir

Angin

angin

 

 

 

 

 

 

 

Masih lekat dalam ingatan. Waktu itu, pada batas antara malam dan pagi. Sejak matahari tergelincir meninggalkan senja, hujan menggelontor lebat sampai dahan-dahan pohon tua di jalanan rumah merunduk mencium tanah.

Hampir dua setengah jam saya memandang keluar jendela, memandangi titik-titik air yang jatuh berebutan. Hampir selama itu pula saya berbicara melalui telepon dengan perempuan mengagumkan itu.

Kapasitas otak pada jam segitu hanya tersisa setengah trance saja, dan saya terkejut bagaimana bisa menanggapi cerita dan menandingi celotehnya. Lanjutkan membaca ‘Angin’

08.02

nonaketik-masjogja_blog1

 

– Marriage should be forever, family bonded, yet all still free

(marriage views, by bleeding)

Au Revoir

impian-musim-semi

 

 

 

 

 

 

 

Aku sempat melihat senyum terakhirnya, sebelum ia lesap bersama tetes embun yang menguap. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada hujan, langit kelabu, daun-daun basah, dan hati yang remuk oleh perpisahan.

Ia perempuan impian musim semi, mengejar mimpi-mimpinya hingga ke ujung cakrawala. Di atas pelangi ia menari, di antara kuntum bunga ia bercengkrama, di bawah bintang jatuh ia meriuh. Aku, pengagum terbesarnya. Bagiku, ia adalah hujan rintik yang membasahkan hati tanpa suara.

Ia bercerita tentang lelaki pemanah mimpi yang pernah ia temui. Lelaki itu tak punya apa-apa selain mimpi-mimpi, bertempur habis-habisan demi menggenggam semua mimpinya. Dalam balutan cahaya berpendar-pendar, lelaki pemanah mimpi selalu mampu menenangkan semak hati si perempuan impian musim semi.

Hampir setiap malam lelaki itu mengajaknya mengumpulkan serbuk bintang dan menuntunnya meminang rembulan. Lelaki itu menunjukkan betapa maha-luasnya kemungkinan dan mengajarkan betapa berartinya harapan. Baginya, lelaki itu mentari. Ia, pengagum terbesarnya. Lanjutkan membaca ‘Au Revoir’

Perhelatan

 

Insya Allah, saya akan datang ke Pesta Blogger 2008 besok Sabtu. Auditorium Gedung BPPT II lantai 3, Jl. MH Thamrin 8, pukul 09.00.

 

Sampai ketemu di sana yah! 😉

:: Updated! ::

 

oleh-oleh dari pb 08

oleh-oleh dari pb 08

 

 

 


Komentar Terbaru