Aku sempat melihat senyum terakhirnya, sebelum ia lesap bersama tetes embun yang menguap. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada hujan, langit kelabu, daun-daun basah, dan hati yang remuk oleh perpisahan.
Ia perempuan impian musim semi, mengejar mimpi-mimpinya hingga ke ujung cakrawala. Di atas pelangi ia menari, di antara kuntum bunga ia bercengkrama, di bawah bintang jatuh ia meriuh. Aku, pengagum terbesarnya. Bagiku, ia adalah hujan rintik yang membasahkan hati tanpa suara.
Ia bercerita tentang lelaki pemanah mimpi yang pernah ia temui. Lelaki itu tak punya apa-apa selain mimpi-mimpi, bertempur habis-habisan demi menggenggam semua mimpinya. Dalam balutan cahaya berpendar-pendar, lelaki pemanah mimpi selalu mampu menenangkan semak hati si perempuan impian musim semi.
Hampir setiap malam lelaki itu mengajaknya mengumpulkan serbuk bintang dan menuntunnya meminang rembulan. Lelaki itu menunjukkan betapa maha-luasnya kemungkinan dan mengajarkan betapa berartinya harapan. Baginya, lelaki itu mentari. Ia, pengagum terbesarnya. Lanjutkan membaca ‘Au Revoir’
Komentar Terbaru